Oleh: Pdt Chuck Currie
Huffington Post – Salah satu kebenaran dari eksistensi manusia adalah konflik agama. Konflik agama tersebut bukan saja terjadi diantara agama yang berbeda melainkan juga konflik internal agama-agama. Kristen memahami hal itu melalui pengalaman. Ada keragaman yang besar dalam Agama Kristen dan dengan keragaman itu sering muncul perbedaaan pendapat dan terjadi kekerasan. Perang di Irak telah menggambarkan bahwa bagaimanapun Kristen Amerika (dan orang Amerika pada umumnya) memiliki sedikit pemahaman tentang keberagaman dalam Islam.
Para pembuat kebijakan berusaha untuk menjelaskan perbedaan antara Muslim Sunni dan Syiah dan mengapa perbedaan itu memicu kekerasan sektarian setelah jatuhnya Saddam Hussein. Perkiraaan tepat dari kebanyakan orang Amerika secara historis memandang Islamsebagai iman yang monolitik. Namun perbedaan itu meluas tidak hanya Sunni dan Syiah saja, melainkan juga termasuk antara lain masyarkat Islam yang lebih kecil, Komunitas MuslimAhmadiyah. Seperti halnya Kristen, Islam adalah agama yang terbagi-bagi diantara persfektif teologis, budaya dan politik.
Para pembuat kebijakan berusaha untuk menjelaskan perbedaan antara Muslim Sunni dan Syiah dan mengapa perbedaan itu memicu kekerasan sektarian setelah jatuhnya Saddam Hussein. Perkiraaan tepat dari kebanyakan orang Amerika secara historis memandang Islamsebagai iman yang monolitik. Namun perbedaan itu meluas tidak hanya Sunni dan Syiah saja, melainkan juga termasuk antara lain masyarkat Islam yang lebih kecil, Komunitas MuslimAhmadiyah. Seperti halnya Kristen, Islam adalah agama yang terbagi-bagi diantara persfektif teologis, budaya dan politik.
Pengalaman dari Komunitas Muslim Ahmadiyah beberapa kali telah menarik perhatian dan bahkan imajinasi saya. Muslim Ahmadi menjejakkan sejarahnya ke belakang pada 1835 dan kelahiran Mirza Ghulam Ahmad di India. Orang ini kemudian datang dan dikenal sebagai “Kedatangan kembali Yesus dari Nazareth secara metafora dan dengan bimbingan Ilahi yang kemunculannya telah dinubuatkan oleh Nabi Islam, Muhammad (saw)”. Seperti Muslim lainnya, Muslim Ahmadiyah percaya pada lima Rukun Islam, tetapi keyakinan terhadap Mirza Ghulam Ahmad (dan keturunannya yang telah memangku sebagai pemimpin spiritualAhmadiyah seluruh dunia) telah menyebabkan pengeluaran terhadap mereka dari Islammainstream. Di Pakistan, dimana gerakan ini bermarkas setelah partisi India, Ahmadiyahtelah menghadapi penganiayaan dan kekerasan yang mengerikan. Human Rights Watch telah mencatat banyak serangan-serangan diarahkan pada Muslim Ahmadi dan juga mereka mencatat bahwa Undang-undang Penghujatan Pakistan telah membuat dibolehkannya membunuh orang-orang Ahmadiyah hanya karena pengakuan mereka sebagai Islam.
Kristen sebagaimana juga Muslim, telah mempergunakan kekerasan untuk tujuan-tujuan agama sepanjang sejarah. Semua orang-orang beriman akan menjadi bijaksana untuk mengingat kata-kata dari pendeta Dr. Martin Luther King, Jr:
“Kegelapan tidak bisa mengusir kegelapan, Hanya cahaya yang dapat melakukannya. Kebencian tidak dapat mengusir kebencian, hanya cinta yang bisa melakukannya. Kebencian akan meningkatkan kebencian, kekerasan akan meningkatkan kekerasan.. mata rantai reaksi kekerasan – benci melahirkan benci, perang mengahasilkan perang- harus diputuskan, atau kita akan jatuh ke dalam jurang yang gelap kebinasaan. (dari Strenght to Love, 1963)
Sebelum Martin Luther King menyampaikan pesan anti kekerasannya, Mirza Ghulam Ahmad telah menyebarkan hal tersebut sebelumnya. Dia menulis bahwa jihad tidak bisa melegitimasi dilancarkan melalui kekerasan dan Beliau menyerukan beradu argumen melalui “Jihad Pena”.
Hari ini Komunitas Ahmadiyah bekerja di seluruh dunia untuk hak-hak universal manusia dan dalam setiap negara mereka telah berupaya memainkan peran konstruktif dalam masyarakat. Di Amerika Serikat misalnya, Komunitas Muslim Ahmadiyah (yang mengklaim sebagai komunitas Muslim tertua di Amerika Serikat) meluncurkan kampanye yang disebut “Muslims for Life” tahun ini untuk menghormati para korban 11 September. Kampanye ini mendorong Muslim dan non-Muslim untuk menyumbangkan darah ke Palang Merah Amerika sebagai upaya peringatan 10 tahun peristiwa 11 September. Website mereka menulis:
“Atas bimbingan, arahan dan doa serta dukungan dari Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V (atba) Komunitas Muslim Ahmadiyah Amerika Serikat telah meluncurkan kampanye “Muslims for Life” pada 1 September 2011 untuk mengenang para korban peristiwa 11 September dan memberitahukan kepada semua orang bahwa Islam adalah agama yang memberikan kehidupan yang mengajarkan bahwa semua kehidupan adalah suci.
Alhamdulillah, Segala puji Bagi Allah, kami telah berhasil memenuhi target kami. Dengan bantuan dari semua mitra, kami telah berhasil mengumpulkan lebih dari 10.000 pin darah seperti yang kami harapkan! Pada 30 September 2011, berdasarkan laporan yang diterima dari 187 donor darah yang telah selesai dilaksanakan, total 11.036 liter darah telah dikumpulkan. Laporan masih berdatangan. Kami berharap insyallah akan mendapatkan data lengkap pada penutupan di bulan Oktober.
Kita semua tahu kejadian tentang komunitas agama atau etnis diusir dari tanah air mereka dan bagaimana banyak dari komunitas tersebut berusah dari waktu ke waktu untuk membawa beberapa bentuk balas dendam atau retribusi. Tidak akan ada yang unik tentang Komunitas Muslim Ahmadiyah jika setelah meninggalkan Pakistan menuju markas baru di Inggris, gerakan mereka kemudian berubah menjadi gerakan kekerasan. Sebaliknya, mereka telah menggunakan pengalaman dan kisah-kisah mereka untuk menarik perhatian pada penderitaan manusia dan menyebarkan pesan perdamaian dan rekonsiliasi yang konsisten dengan pendirian mereka. Pencarian mereka untuk keadilan tidak hanya untuk umat Islam tetapi untuk setiap orang beriman – dan orang-orang yang tidak beragama, termasuk ateis. Dalam hal ini, Seorang Pendeta Kristen seperti saya menemukan banyak hal untuk mengagumi.
Related Post :
0 komentar:
Posting Komentar